Senin, 08 November 2010

About Purwokerto

Purwokerto tidak bisa dipisahkan dengan Banyumas karena Purwokerto adalah ibukota dari kabupaten BanyumasJawa Tengah. Dengan jumlah penduduk sekitar 249.705 jiwa pada tahun 2005. Tak pelak lagi Purwokerto terkenal karena keberadaan lokawisata Baturaden, sebuah obyek wisata alam di kaki Gunung Slamet ini mengandalkan kesejukan alam dan panoramanya yang indah menghijau. Berbagai julukan di sandang kota di jalur selatan Jawa Tengah ini dari Kota Wisata, Kota Kripik, Kota Pendidikan sampai kota Pensiunan karena begitu banyknya pejabat-pejabat negara yang pensiun dan akhirnya menetap di kota ini. Di kota ini pula terdapat musium Bank BRI, karena bank pertama kali berdiri ada disini dan pendiri bank ini adalah R. Wirya Atmadja putra daerah Purwokerto. Purwokerto menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Banyumas yang dulunya berada di kota Banyumas. Kepala daerah kabupaten Banyumas saat ini adalah Drs. H. Mardjoko MM. 







Purwokerto terletak di selatan Gunung Slamet, salah satu gunung berapi yang masih aktif di pulau Jawa yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah & terbesar di Jawa. Secara geografi Purwokerto terletak di koordinat 7°26′S 109°14. Selain menjadi pusat pemerintahan karena menjadi pusat koordinasi daerah Jawa Tengah bagian Barat Bakorlin III. Batas wilayah kota Purwokerto adalah sebagai berikut :
Barat     : Karanglewas
Timur     : Kota Purbalingga
Utara     : Baturraden (Kaki gunung Slamet)
Selatan  : Kabupaten Banyumas



Secara tradisional, Purwokerto bukan merupakan kota industri maupun perdagangan. Sampai saat ini, aktivitas industri amat jarang ditemukan di Purwokerto. Kota ini bisa dikatakan tidak memiliki industri dalam skala besar yang dapat menyerap ribuan tenaga kerja atau mencakup wilayah puluhan hektar. Jika pun ada industri, itu umumnya industri-industri tradisional yang hanya mempekerjakan puluhan pekerja (seperti industri rokok rumahan, industri mie atau soun kering kecil-kecilan, pabrik pengolah susu skala kecil, industri peralatan dari logam yang tidak seberapa, serta industri makanan oleh-oleh yang hanya ramai pada musim Lebaran). Sektor perdagangan pun setali tiga uang. Di kota ini tidak ditemukan aktivitas perdagangan dalam skala besar. Kota ini tidak memiliki pelabuhan atau fasilitas bongkar-muat barang dalam skala yang secara ekonomi signifikan. Juga tidak terdapat areal pergudangan yang dapat menyimpan komoditas dalam jumlah ribuan kubik. Pendek kata, kota ini sama sekali bukan kota industri dan perdagangan.
Sampai dengan awal dekade 2000-an, kota ini lebih cocok disebut sebagai kota pegawai dan anak sekolah. Mata pencaharian penduduk yang bisa diandalkan untuk hidup cukup adalah dengan menjadi pegawai negeri maupun BUMN. Akhirnya, kota ini secara ekonomi saat itu tidak terlalu berkembang.
Perubahan secara cukup signifikan terjadi mulai tahun-tahun 2000-an, yakni saat kota ini mulai dibanjiri mahasiswa-mahasiswa dari berbagai kota di pulau Jawa untuk menuntut ilmu di pergurian tinggi di sini (terutama di Universitas Jenderal Soedirman UNSOED dan di Universitas Muhammidiyah Purwokerto UMP). Sejak saat itu, aktivitas ekonomi rakyat yang berkenaan dengan kebutuhan mahasiswa pun menggeliat. Ribuan kamar kos dibangun untuk disewakan kepada para mahasiswa pendatang. Ratusan tempat makan didirikan untuk melayani kebutuhan lambung para mahasasiswa yang menjalani siklus lapar setiap 6 jam. Kios-kios alat tulis bermunculan. Warnet tumbuh bagai cendawan di musim semi. Bahkan, jasa pencucian baju (laundry) pun berserkan guna memenuhi kebutuhan pembersihan pakaian para mahasiswa sekarang yang rupanya sudah malas mencuci pakaiannya sendiri. Walhasil, di tahun 2010-an ini, perekonomian kota Purwokerto tumbuh cukup signifikan sebagai kota jasa.
Seiring dengan tumbuhnya sektor jasa yang terkait dengan keberadaan mahasiswa pendatang, sektor pariwisata juga semakin berkembang. Jumlah wisatawan lokal yang berkunjung ke kota Purwokerto secara visual tampak semakin banyak dari tahun ke tahun. Ikon pariwisata kota ini adalah Baturaden. Tempat pariwisata lain yang menarik adalah Baturraden Adventure Forest, Curug Ceheng, Curug Cipendok, Kalibacin, Alun-Alun Purwokerto, Candi Lumbayu di Sumbang, Watu Sinom, Tepi Sungai Serayu, dan Gang Sadar. Berkembangnya sektor pariwisata pada akhirnya memicu berkembangnya sektor ekonomi ikutannya seperti hotel dan penginapan, rumah makan, transportasi, dan jasa pendukung lainnya.

Bahasa dan Budaya



Musik Kenthonan dalam variasi Aksinya
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dengan dialek Banyumasan (ngapak). Bahasa ini merupakan bahasa kebanggaan yang patut untuk dilestarikan dan dihargai. Dialek dan budaya masyarakatnya memperkaya keanekaragaman Indonesia. Kenthongan atau musik thek-thek adalah seni musik yang dimainkan dengan alat musik bambu yang dimainkan oleh 20-40 orang. Kebudayaan Begalan dan Ronggeng adalah kesenian asli Banyumas yang sekarang sudah mulai pudar keberadaaannya.





Olahraga yang banyak menetaskan atlet-atlet dari kota ini adalah atlet cabang basket, bulutangkis, atletik, dan renang. Ada 2 buah Stadion Besar di kota Purwoketo Yakni GOR Satria dan GOR Susilo Soedirman yang sering dijadikan homebase Pelatnas Atletik karena memiliki Trek Lari yang berstandar Internasional. Purwokerto pernah melahirkan Pelari Nasional Poernomo yang menjadi pelari jarak pendek Indonesia pertama yang mengikuti Olimpiade. Pebulutangkis Christian Hadinata dan Fung Permadi juga atlet kelahiran Purwokerto yang telah meraih berbagai macam penghargaan tingkat internasional, sedangkan Meitri Widya Pangastika adalah atlet renang putri andalan nasional dijamannya. Begitu melekatnya cabang aletik di Purwokerto sehingga SMAN 3 Purwokerto mengkhususkan 1 kelasnya untuk menjadi atlit.

Kuliner

Makanan khas dari kota ini adalah


Mendoan khas Purwokerto
  • Mendhoan, makanan yang terbuat dari tempe yang tipis/diiris tipis kemudian digoreng dengan tepung yang diberi bumbu dan digoreng setengah matang.
  • Kripik Tempe, prosesnya seperti mendhoan tetapi digoreng sampai kering. Kota Kripik merupakan salah satu julukan dari kota Purwokerto.
  • Sroto, daerah lain menyebutnya Soto.
  • Gethuk Goreng, sentra pembuatannya adalah Kec.Sokaraja, sebuah kota kecamatan di pinggir kota Purwokerto.
  • Keong Kuah Pedas, dengan bahan utama keong sawah yang dimasak berkuah dengan bumbu-bumbu kuat yang memberi nuansa pedas dan segar hingga ke tenggorokan.
  • Dage, kudapan mirip kue yang berbahan dasar ampas kacang yang digumpalkan dan dijamurkan. Biasa disajikan berupa goreng tepung berbumbu dan disantap dengan cabe rawit atau "lombok cengis".
  • Semayi, lauk dari ampas kelapa yang dibumbui dan dipanggang di atas api kecil. Makanan yang menjadi simbol hidup melarat ini kini sudah amat-sangat susah ditemukan.
  • Tegean, adalah sebutan khas Banyumas untuk sup sayur berkuah bening yang tampak sangat sederhana namun sangat menyegarkan. Sayur-mayur berupa bayam, kecambah kedelai hitam, daun katuk, dan kedelai hitam butiran lazim menjadi unsur utama masakan ini. Untuk bumbunya, selain bahan-bahan yang lazim seperti bawang merah dan bawang putih, tegean juga bercirikan dengan "geprekan" kencur yang sangat menyegarkan.
  • Empal basah, berupa masakan berbahan dasar daging dan tetelan sapi yang dimasak dengan kuah santan yang kental. Kekhasan empal basah Banyumasan adalah adanya sensasi gatal dan geli yang ditimbulkan oleh campuran srundeng di dalam kuah kental tersebut. Empal basah sangat cocok dimakan dengan ketupat berkulit janur (jangan ketupat berkulit plastik).
  • Themplek, kudapan ringan dari ampas tahu berbumbu yang digoreng dengan adonan tepung. Makanan yang akan meninggalkan rasa seret di tenggorokan ini sudah semakin jarang ditemui.
Adapun jenis-jenis makanan lain yang akan diulas lebih lanjut adalah: ranjem, mi thayel, timus, klanthing, sempora (awug-awug), utri, puli (ciwel), ongol-ongol, gebral, kluban, grontol, mireng, kamir, moho, golang-galing, nopia, lopis, ondol-ondol, widaran, angleng klapa, angleng kacang, rujak mentah, rujak mateng, ampyang, grebi, dampleng (mirip combro).

Transportasi



Terminal Bis Purwokerto
Untuk menuju kota Purwokerto dari kota-kota di P. Jawa sarana transportasi favorit adalah dengan menggunakan Jalur Kereta api dari kelas ekonomi sampai eksekutif semuanya singgah di stasiun besar Purwokerto. Sarana transportasi Bus juga tersedia dari dan ke kota-kota besar di pulau Jawa dan Sumatra. Untuk angkutan dalam kota tersedia transportasi Taksi yang tersedia 24 jam dan angkutan kota yang tersedia dari pagi hingga sore hari.










Di bidang musik, Purwokerto telah menyumbang beberapa warganya di pentas nasional, antara lain Titik Sandora yang cukup terkenal di tahun 70-an. Juga penyanyi Mayang Sari yang terkenal kontroversial, karena menikah denganBambang Tri Atmodjo, anak mantan presiden Soeharto. Lalu muncul Eric yang menyanyi bersama Melly Goeslaw untuk film AADC. Bukan cuma musik popular, di musik independen (Indie) Purwokerto juga terbilang cukup berkembang, Tunas Bangsa Simphony salah satu band independen yang merambah ke Nasional. Selain itu baru-baru ini juga band Supernova juga tengah naik daun dan sedang merambah ke industri musik nasional.




Perkenalkan

Nama aku Nanda Mersis Aji Saputra.

Arti nama :
Nanda adalah nama rumah sakit dimana aku lahir
Mersis adalah nama singkatan dari kedua orangtua aku (Meri & siswati)
Aji adalah sebuah nama yang berartikan anak yang gagah & manis.
Saputra adalah nama yang berartikan anak laki-laki yang pertama.


Aku seorang anak berumur 18 tahun (sekarang), kota Purwokerto adalah kota kelahiranku. Sebuah kota kecil damana aku bisa merasakan sebuah kebahagiaan. tetapi untuk menggapai masa depan aku pindah ke kota Salatiga, sebuah kota yang lebih kecil dari kota kelahiran aku. 


mersis21.blogspot.com